Jelang May Day, Rizal Ramli Sentil SBY Soal Upah Buruh

Jelang May Day, Rizal Ramli Sentil SBY Soal Upah Buruh

Jakarta - Penetapan upah buruh yang distandarisasi pemerintah melalui aturan Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) 17 tahun 2005 wacana komponen kebutuhan hidup layak (KHL) dinilai tidak manusiawi. Pasalnya banyak buruh dikala ini yang kehidupannya sudah tidak layak.

“Substansi Permenaker Nomor 17\/2005 memang tidak manusiawi. Rumus yang digunakan untuk menghitung upah buruh sangat tidak akurat sehingga tidak memungkinkan buruh hidup secara layak,\\\" ungkap Mantan Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Keuangan Rizal Ramli dalam siaran persnya di Jakarta, Senin (30\/4\/2012).

\\\"Karena itu, sudah semestinya Permenaker itu dicabut, untuk selanjutnya disusun peraturan yang memasukkan perhitungan komponen yang lebih menjamin kehidupan buruh lebih sejahtera,\\\" imbuhnya.

Menurut Rizal dasar perhitungan aturan komponen kebutuhan hidup layak dalam Permenaker tersebut memang tidak sesuai dan sangat jauh dari nilai layak. Contohnya, lanjut Rizal, Permenaker hanya mengakomodasi kebutuhan hidup lajang, itupun dengan sangat minimalis sehingga tidak menjamin hidup layak.

\\\"Komponen pangan, misalnya, terang menunjukkan minim gizi. Komponen beras hanya 10 Kg dalam 1 bulan cuma cukup untuk makan 1 orang 2 X sehari. Demikian juga dengan sayuran, buah-buahan, dan minuman yang total jika dipraktekkan hanya mampu memenuhi kebutuhan dua minggu. Akibatnya buruh harus menutupi sisa kebutuhannya dengan banyak sekali cara,\\\" ungkap menteri di Era Gus Dur ini.

Pada komponen perumahan, Rizal menyampaikan, Permenaker tidak mendorong buruh memiliki rumah walau dengan mencicil. Standar yang dipakai hanya sewa kamar kontrakan. Begitu juga dengan pendidikan yang sangat tidak memperlihatkan kesempatan anak buruh mengenyam pendidikan secara memadai.

\\\"Dengan perhitungan pada tiap komponen yang demikian minimalis menyerupai itu, bagaimana mungkin buruh mampu hidup secara layak. Saya katakan secara layak, alasannya untuk sejahtera masih sangat jauh. Sudah saatnya kita memberi perhatian lebih besar kepada buruh, alasannya mereka pun yakni bab dari rakyat Indonesia yang berhak hidup sejahtera dan bermartabat sebagaimana impian para founding fathers kita,\\\" papar Rizal.


Comments

Popular posts from this blog

Bos Properti Berdarah RI Ini Kembali Jual Proyek Apartemen Mewah Rp 2 T di Sydney

Dalam 2 Jam, 98 Unit Rumah Rp 900 Juta di Serpong Ludes

Gandeng Airport Terbaik Dunia, AP I Ingin Bandaranya Sekelas Singapura